Minggu, 03 Juli 2011

Classic

“Denishaaaa........”

“ayo pulang, sudah maghrib jangan main terus”. Teriakan bunda mengagetkanku yang sedang asyik bermain kelereng bersama teman-temanku sore itu. Bermain setiap sore bersama teman-teman ketika itu mungkin sudah menjadi hobi bagiku, karena setiap hari aku melakukannya. Segala macam permainan tradisional kami lakukan, salah satunya yang telah aku sebutkan tadi itu. Yaaa..tiap hari menjelang maghrib mungkin juga telah menjadi hobi barunya bunda untuk meneriakiku dengan kalimat yang sama tiap harinya.

“iyyyyaaa bundaaa...”. Dengan enggan aku dan teman-temanku pun berhenti bermain. Sudah menjadi perjanjian jika dalam permainan salah satu dari kami berhenti ditengah permainan maka otomatis permainan tersebut berhenti sampai disitu saja. Ini berlaku untuk semua jenis permainan yang kami mainkan. Entah kapan perjanjian itu dibuat, aku bahkan tidak ingat kalau aku juga ikut andil dalam pembuatan perjanjian itu.

“Denniiiiissshhh...”. Aku pun buru-buru membereskan kelerengku yang berserakan sebelum bunda menarik tangan mungilku. Sesaat kemudian aku sudah mengekor di belakang bunda sambil berlari kecil mengimbangi langkah beliau yang menurutku sangat cepat. Jika melihatku demikian bunda akan menggandeng tanganku “supaya kita cepat sampai rumah” begitu kata bunda. Sebenarnya jarak rumahku dengan tempat aku bermain tidak terlalu jauh, hanya berselang empat rumah, dan aku selalu bilang “aku akan pulang sendiri bunda...” tetapi tetap saja bunda selalu menjemputku pulang,oh bundaku..luv u so much...!!!!

“bund,bener ga kalau pas magrib itu banyak hantunya?kata anna gitu lho bund...”

“bund kq ga dijawab sih?”

“ayo cepat jalan, ayah sudah menunggu kita untuk shalat maghrib”. Bunda pun semakin mempercepat langkahnya.

Aku tersenyum mengingat sepenggal kisah itu,

To be continue...